Arti Kode-kode pada Kamera

ini kopas dari https://www.facebook.com/topic.php?uid=52331645171&topic=6885

Ambil contoh lensa seperti ini: 
- CANON LENS EF 28-80mm 1:3.5-5.6. Ø58mm.
- CANON LENS EF 200mm 1:2.8L II USM. Ø72mm.

Artinya apa yah? Coba yuk dibedah satu2......

- Canon Lens
Sudah jelas artinya, lensa produksi canon 

- EF (Electro Focus)
Dudukan lensa (sambungan ke body kamera). Dudukan lensa Canon ada banyak macam, dari kamera jadul sampai kamera DSLR modern sekarang ini. 
Urutannya:
- R mount (1959 - 1964)
- FL mount (1964 - 1971)
- FD mount (1971 - 1976)
- New FD mount (1976 - 1987)
- EF mount (1987 - Present)

- 28-80mm; 200mm
Angka ini adalah focal length. Kira2 untuk mudahnya (gak ngerti teknisnya euy...), semakin kecil angka ini, berarti semakin besar sudut yang bisa ditangkap oleh lensa tsb (wide). Semakin besar angka ini, berarti semakin kecil area yang bisa ditangkap oleh lensa (tapi semakin besar objeknya, atau disebut juga tele). 

Angka 28-80mm artinya lensa tersebut adalah lensa zoom, dengan arti: focal length bisa diatur dari posisi paling dekat (wide) adalah 28mm sampai posisi paling jauh (tele) adalah 80mm.

Angka 200mm artinya lensa tersebut adalah lensa fixed, artinya focal length lensa ini tidak bisa diubah2, sehingga sudut yang bisa ditangkap oleh lensa tersebut juga tetap/tidak berubah.

- 1:3.5-5.6; 1:2.8

Ini adalah angka yang menunjukkan apperture yang ada di lensa ini. 1:3.5-5.6 artinya lensa ini bisa menggunakan apperture maksimal 3.5 pada focal length 28mm, dan 5.6 pada focal length 80mm. 

Demikian juga dengan contoh kedua, karena lensanya fixed, maka hanya ada satu nilai apperture maksimal, yaitu 2.8. 

- L
L artinya 'Luxury', diterjemahkan secara harfiah 'mewah'. Lensa Canon dengan atribut L merupakan lensa produksi Canon yang paling berkualitas, dan mahal tentunya. Lensa L dicirikan dengan garis/cincin merah di ujung tabungnya. Lensa L berjenis telephoto (focal length besar) hampir semuanya berwarna putih, bukan hitam. 

- II (angka romawi)
Menandakan lensa 'tahap 2' atau penyempurnaan dari lensa dengan atribut yang sama. Bisa jadi akan ada III, IV, dst.

- USM
Singkatan dari Ultra Sonic Motor. Yang dimaksud disini adalah motor penggerak Auto Focus dari lensa tersebut. Lensa tanpa USM menggunakan motor elektromagnetik dan roda bergerigi kecil untuk menggerakkan auto focusnya. Hasilnya adalah kerja motor yang (relatif) bising. Dan juga agar bisa menggunakan manual focus, kita harus memindahkan tombol dari AF ke MF. Pada motor non-USM, jangan mencari focus secara manual ketika tombol masih di set di AF, karena kita akan membebani motor dan roda bergeriginya, sehingga bisa rusak.

- Ø58mm
Diameter cincin filter. Dengan kata lain, kalau kita ingin membeli filter, hood, cap atau aksesoris lainnya yang dipasang di depan lensa, kita harus mencocokkannya dengan diameter cincin filter tersebut.

- IS
Belum disebutkan di atas. IS adalah singkatan dari Image Stabilization. IS adalah mekanisme optikal yang rumit, yang bertujuan untuk meminimalisasi efek gerakan kamera, sehingga hasil gambarnya tidak terlalu parah blurnya. IS terdiri dari komponen2 seperti sensor gerakan, chip microcomputer, dan motor kecil untuk menggerakkan elemen lensa khusus. Tentu saja harga teknologi ini juga tidak murah, dibandingkan dengan lensa non-IS

IS bekerja dengan mendeteksi gerakan kamera, dan 'meng-counter'nya. Misalnya IS mendeteksi gerakan kamera ke kiri 10 derajat, maka IS akan berusaha mengkompensasinya ke kanan, sehingga gerakan kamera ke kiri jadi tinggal 3 derajat, misalnya. 

IS sangat berguna ketika kita mengambil gambar dalam keadaan dimana shutter speed cepat tidak dapat dicapai (misalnya dalam kondisi cahaya rendah, atau lensa dengan bukaan rana yang kecil). IS dapat menurunkan kecepatan shutter speed 'aman' sebesar 1 atau 2 stop dengan mudah. IS paling berguna khususnya pada lensa2 telephoto, dimana gerakan sedikit saja bisa membuat gambar sangat blur. 

Yang harus diperhatikan adalah: IS mengkompensasi gerakan kamera, bukan gerakan objek (yang dipotret). Kalau objek yang dipotret adalah objek bergerak, maka IS tidak membantu membuat objek tersebut lebih tajam (kecuali dalam kasus panning tentunya).

Sejarah Kamera


Sejarah Kamera
Delapan Jam Untuk Satu Foto!
Kamera kini ada di mana-mana dan semakin mudah dipakai. Bagaimana sejarah lahirnya kamera?
Liburan memang menyenangkan. Saat-saat seperti itu harus diabadikan supaya bisa dikenang terus. Caranya bisa dengan merekam lewat video atau kamera. Kini siapa saja bisa mengabadikan saat-saat mengasyikkan. Soalnya hampir setiaphandphone kini ada kameranya. Berbicara tentang kamera, bagaimana, ya, sejarahnya? Karto/XY-Kids!
Kamera Portable Obscura
Pada tahun 1960-an, seorang peneliti Inggris, Robert Boyle dan pembantunya Robert Hooke, menemukan kamera portable (bisa dipindah-pindah) obscura. Penemuan mereka ini disempurnakan lagi oleh Johann Zahn tahun 1685. Kamera ini sering kita lihat di film-film bertema jaman dahulu. Kamera ini memakai lampu kliat yang meledak dan mengeluarkan asap.
Merekam Gambar
Orang yang berjasa menyempurnakan kamera adalah Jacques Daguerre. Tahun 1837, dia mengembangkan cara membuat foto, yang kemudian disebut daguerreotype . Prosesnya menggunakan lempengan copper (tembaga). Daguerre adalah seniman asal Perancis yang ingin membuat gambar lebih bagus. Dia bekerjasama dengan Joseph Nicephore Niepce yang lebih dahulu sukses. Niepce sebenarnya sudah membuat foto di tahun 1826. Tapi proses pembuatan foto ini tidak praktis. Orang harus bergaya di depan kamera selama 8 jam untuk menghasilkan satu foto. Hasilnya pun masih buram. Meski begitu, mereka kemudian memberitahukan penemuan itu ke masyarakat. Sebagai jasanya, pemerintah Perancis memberi pensiun seumur hidup kepada Daguerre dan anak Niepce. Niepce tidak menerima penghargaan itu karena sudah meninggal lebih dulu.
Cetak Cepat
Setelah Daguerre dan William Talbot, tahun 1852 Frederick Scott Archer membuat temuan mencetak foto lebih cepat. Hanya dalam waktu kurang dari lima detik, foto udah tercetak. Prosesnya, gambar sudah dicetak ketika plat masih basah. Teknik ini dinamakan collodion .
Bahan gelatin
Tahun 1871, Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan untuk mencetak foto. Bahan ini menggantikan plat fotografik. Dengan penemuannya ini, gambar bisa dicetak lebih banyak dan kualitasnya lebih bagus. Ketika itu, kamera sudah ada yang lebih handy alias bisa ditenteng.
Abad ke-20
Memasuki abad ke-20, penemuan di bidang kamera terus berlanjut. Misalnya ditemukannya film berwarna tahun 1901. Setelah itu, film berwarna berlapis yang disebut Kodachrome ditemukan. Kodak juga menemukan film berukuran 35 mm yang sangat populer itu. Belakangan ditemukan lagi kamera digital.

Prinsip Auto Fokus



Istilah fokus sesuai terminologi artinya titik tempat berkumpulnya sinar yang melalui sebuah optik atau lensa. Dalam fotografi, sebuah gambar yang fokus didapat dengan menempatkan kumpulan sinar pada satu titik yang tepat berada di film atau di sensor (disebut focal plane). Bila titik terbentuk di depan atau di belakang focal plane, maka gambar yang dihasilkan menjadi tidak terfokus atau out of focus.



Lensa kamera, seperti layaknya mata manusia, idealnya harus bisa memfokus pada benda yang berada dekat ataupun jauh dengan sama baiknya. Namun terdapat batas terdekat dimana lensa bisa mengunci fokus, sementara batas terjauh biasa disebut dengan infinity (tak terhingga). Dalam lensa kamera terdapat elemen optik yang bisa bergerak maju mundur untuk menyesuaikan jarak terhadap benda didepannya sehingga jatuhnya arah sinar tetap bisa terkumpul di focal plane. Perkecualian untuk kamera dengan lensa berjenis fix focus, dimana tidak ada elemen lensa yang bisa bergerak. Kamera dengan fix focus memakai aperture kecil dan lensa wide yang simpel untuk menghemat biaya seperti pada kamera ponsel.



Dahulu kala, lensa pada kamera itu memerlukan pengaturan fokus secara manual. Untuk mencari fokus, kita harus memutar ring fokus pada lensa dan melihat efeknya di jendela bidik untuk mendapatkan gambar yang paling tajam menurut penilaian kita. Untunglah pada akhirnya ditemukan teknologi auto fokus yang memudahkan kita dalam memotret. Dengan auto fokus, kamera secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapat hasil terbaik, dalam waktu yang cukup singkat.



Pada kamera modern yang berteknologi digital, terdapat dua perbedaan prinsip kerja auto fokus tergantung jenis kameranya. Pada kamera DSLR, prinsip auto fokus masih sama seperti kamera SLR film dengan memakai prinsip deteksi fasa (phase detect) yang memakai modul terpisah. Sistem ini lebih rumit, mahal namun akurat dan sangat cepat. Pada kamera selain DSLR seperti kamera saku hingga kamera format baru seperti micro four thirds, prinsip auto fokus memakai deteksi kontras (contrast detect) yang lebih hemat biaya.



Prinsip deteksi kontras sebenarnya hadir di era digital yang cirinya mampu menampilkan preview gambar yang akan diambil melalui layar LCD. Apa yang muncul di LCD adalah apa yang diterima oleh sensor, sehingga biasa disebut live-view. Dengan live-view, banyak informasi yang bisa diolah sebelum foto diambil, sebutlah misalnya informasi warna (untuk pengaturan white balance), informasi terang gelap (untuk pengaturan eksposur) dan informasi kontras (untuk pengaturan auto fokus). Kamera DSLR modern yang sudah memiliki fitur live-view mengusung dua prinsip AF, baik berkonsep phase detect dan juga contrast detect. Dalam kondisi normal untuk kecepatan dan akurasi, kamera DSLR tentu memakai modul phase detect sebagai mode default-nya. Namun saat memakai live-view dengan objek yang diam (seperti foto makro), kita bisa memakai mode contrast detect dengan memanfaatkan fasilitas perbesaran di layar LCD, sehingga kita bisa lebih yakin kalau fokus yang diambil sudah pas.


Proses auto fokus dimulai saat tombol rana ditekan setengah. Saat itu kamera langsung menggerakkan elemen fokus di dalam lensa secara maju mundur untuk mendapat kontras terbaik dan memberi konfirmasi berupa bunyi ‘beep’ sebagai tanda sudah berhasil mendapat fokus. Proses keseluruhan ini memerlukan waktu antara kurang dari satu detik hingga beberapa detik. Pada DSLR, kecepatan auto fokus jauh lebih cepat dari kamera lainnya karena memakai modul AF khusus berprinsip phase detect. Namun apapun metodanya, ada beberapa hal yang menentukan kecepatan kamera dalam mencari fokus, diantaranya :


- Adanya kontras yang baik pada obyek yang akan difoto. Semakin rendah kontras dari obyek yang akan difoto maka kamera makin sulit untuk mendapatkan fokus yang tepat.
- Kondisi pencahayaan sekitar obyek harus cukup baik dan tidak gelap. Saat gelap kamera biasanya membantu auto fokus dengan menembakkan lampu AF assist beam.
- Pergerakan obyek yang akan difoto juga mempengaruhi, bila obyek bergerak terlalu cepat sulit bagi kamera untuk mengunci fokus.


Selain menekan tombol rana setengah, pada kamera kelas serius seperti kamera prosumer dan kamera DSLR, terdapat tombol AE-L / AF-L yang bisa dimanfaatkan untuk mengunci fokus. AE-L singkatan dari Auto Exposure - Lock, sementara AF-L singkatan dari Auto Focus - Lock. dalam setting yang lebih lanjut, tombol ini bisa dikustomisasi menjadi beberapa fungsi, misal sekaligus mengunci eksposur dan fokus, atau mengunci eksposur saja, mengunci fokus saja, dan mengunci fokus selama tombol ini ditekan (AF lock-hold). Pilihlah mana yang paling sesuai keinginan anda.



Pada awalnya dikenal auto fokus, kamera hanya memilih titik tengah obyek foto sebagai acuan fokus. Hal ini ternyata menyulitkan saat obyek justru tidak berada di tengah bidang foto. Maka itu kemudian dibuatlah zona fokus atau titik fokus yang tersebar di beberapa bidang foto. Umumnya kini terdapat setidaknya tiga zona fokus yaitu zona tengah (utama), zona kiri dan zona kanan. Semakin canggih kamera maka semakin banyak zona fokus yang tersedia sehingga mampu lebih fleksibel dan terhindar dari kesalahan penguncian fokus. Khusus modul AF pada kamera DLSR, tiap titik AF itu bisa berjenis cross type sensor alias sensor silang. Sensor seperti ini peka akan perbedaan kontras baik vertikal maupun horisontal. Titik AF di tengah sudah pasti berjenis cross type, sementara titik lainnya belum tentu. Semakin banyak titik AF berjenis cross type, makin mahal dan makin akurat kamera DSLR tersebut dalam mencari fokus.



Selain zona fokus, kini terdapat pilihan lebih lanjut pada mode auto fokus kamera, yaitu opsi AF servo mode. Pilihannya adalah stationer atau continuous, dan disesuaikan dengan kondisi obyek yang akan difoto. Mode stationer cocok dipilih untuk benda yang diam, dan mode ini cenderung jadi default pada kebanyakan kamera. Mode continuous akan mendeteksi gerakan obyek dan berusaha terus mengikuti kemana pun objek bergerak. Saat ini kamera DSLR sudah bisa mengunci fokus pada objek yang bergerak kiri kanan ataupun maju mundur (3D tracking AF).